Pertemuan
singkat antara saya, Fuad Danar Sucipto (Dani), dan Titus Garu (Got). Bukanlah
kondisi yang saya ingini dalam menguratori sebuah pameran senirupa, sebab dalam
make exibhition keinginan saya sebagai
kurator turut bersama-sama dengan seniman mengolah karya yang akan ditampilkan
[artistik-estetik], karena saya bukanlah seorang kurator super hebat, super
pintar,
super jenius, super akademikus, super filsuf [segala super dari seniman] yang mampu mengait-ngaitkan dengan isu apa saja. Bagi saya dengan waktu yang singkat metode kuratorial yang ‘diingini’ mustahil akan maksimal. Jadi, terserah apalah namanya yang jelas tulisan ini bukanlah catatan kuratorial dari kurator ‘super’.
super jenius, super akademikus, super filsuf [segala super dari seniman] yang mampu mengait-ngaitkan dengan isu apa saja. Bagi saya dengan waktu yang singkat metode kuratorial yang ‘diingini’ mustahil akan maksimal. Jadi, terserah apalah namanya yang jelas tulisan ini bukanlah catatan kuratorial dari kurator ‘super’.
Seminggu
sebelum pameran ini berlangsung tepatnya awal saya bertemu dengan Dani di UCAS
(ungu café art space), dia mengutarakan keinginannya untuk berpameran di UCAS
bertajuk “Berdua S2”. Hal ini berdasarkan karena kedekatan emosianal dengan
mahasiswa-mahasiswa S2 ISI yogyakarta (UCAS), mungkin lain ceritanya kalau
dekat dengan mahasiswa S1, Cemeti, LAF, atau art spase lainnya.
Tidak
hanya pilihan tempat berpameran berdasarkan kedekatan mereka, lebih lanjut
karya-karya yang akan ditampilkan begitu dekan dengan mereka, baik artistik
maupun estetiknya. Kedekatan dengan kehidupan masa lalu (sejarah) dirinya
menjadi inspirasi berkarya, dalam hal ini Dani mengutarakan kedekatannya dengan
Band Armada Racun karena dia salah satu dari personil band tersebut. Disusul
kedekatan Titus Got materi alat-alat dapur yang dijadikan media karya tiga
dimensionalnya maupun figur-figur yang terdapat pada karya dua dimensinya.
***
Melihat
dari ungkapan Aminudin Th Siregar dalam katalog pameran Yunizar bahwasanya
melihat seniman kontemporer sekarang ada yang memilih untuk berbicara “moral”
dan ada sebagai inspirator bagi orang lain.
Jika
kamu memilih jadi seniman yang suka mengkritisi ‘moral’ [sosial, politik,
agama, ekonomi, kebudayaan, gender, dsb] atau menjadi inspirator bagi orang
lain! Tawaran yang pernah saya berikan pada seniman kolega.
Tawaran
pertama akan muncul dari kesenjangan ‘moral’ dengan perspektif seniman, barang
tentu karya yang akan ditangkap oleh publik serta-merta sebuah kritikan.
Sedangkan tawaran terakhir muncul dari hal-hal yang telah/akan menginspirasi
seniman, karya diniatkan mampu juga menginspirasi publik dan tidak menutup
kemungkinan menjadi inspirasi bagi kritik ‘moral’.
Tidak
dapat disangkal pergerakan pemuka-pemuka agama di negeri kita terus berlanjut
sampai sekarang, namun cara beragama negara kita tetap begini, cukup banyak
seniman-seniman yang berbicara “moral” dalam setiap karyanya, misalnya sebuah
pameran yang dikhususkan mempersoalkan religiusitas dan spritualitas (biennal
Jogja XI) kemaren, seberapa besar pengaruhnya terhadap masyarakat Jogja
(Indonesia) melakukan perbaikan memalui karya seni yang diciptakan oleh seniman
bukannya seorang pemuka agama?
Namun
itu hanya pilihan bagi seniman dalam berkarya…
***
Ternyata,
tawaran ini ditangkap oleh Fuad Danar Sucipto (Dani) dan Titus Garu (Got),
melalui pameran yang bertajuk “Ber 2
S2”. Lewat karya yang mereka
tampilkan tidak membicarakan kesenjangan-kesenjangan ‘moral’ secara eksplisit,
namun hal atau suasana yang mereka jadikan inspirasi dalam berkarya ataupun
perjanan hidup mereka.
Beberapa karya yang dipamerkan ber 2 S2 UCAS
Dani melihat hal-hal yang telah dialami
serta begitu dekat dengannya, ketika Dani masih aktif dalam band Armada Racun.
Tentunya band ini telah memberikan andil cukup besar bagi dia dan dijadikan
inspirasi terhadap karyanya. Sehingga karya instalasi dari figur personil
Armada Racun [figur imajiner] beserta stage panggung disodorkan pada kita dan
diperkuat dengan pemormance saat pameran berlangsung.
Figur-figur
personil Armada Racun dan setingan ruang pamer UCAS membuat suasana ketika band
tersebut tampil pada salah satu panggungnya, ternyata ini semacam kerinduan
Dani terhadap bandnya pada saat ini bisa dibilang vacum.
Got selain berkolaborasi dengan Dani
dalam beberapa figur personil Armada Racun tersebut, juga menyatakan
keinginannya sendiri melalui karya-karya 2 dimensi sebagai backdrop panggung.
Sebuah keinginan tampil pada panggung yang bisa dipindah-pindahkan (kebetulan
kali ini di S2 ISI), harapan dia dapat bersinggungan dengan berbagai macam
karakter, latarbelakang yang berbeda-beda.
Sementara
karya-karya 3 dimensinya menggunakan perkakas dapur, mulai dari sendok, sampai
pada alat cuci piring dikonstruksi menjadi figur-figur yang ada di
sekelilingnya, baik itu keluarga maupun para sahabat dan temannya.
***
Siapa dan mengapa band Armada Racun
Sehingga Dani dengan percaya dirinya mampu menginspirasi, saya, kamu, kita?
Apakah hubungan Got dengan
keinginannya terlalu mahal sehingga dia mengajak kita untuk melihat
keinginannya?
Tunggu
dulu Mas Bro!...
Jangan
lihat kiprah Armada Racun, dan jangan terlampau memahami keinginan mereka (Dani
& Got) “ber 2”. Akan tetapi, alam pemikiran mereka bahwa tidak akan
“meluputkan” sejarah mereka seperti negeri kita yang sering luput sejarah,
serta kehidupan kita juga bisa terbangun oleh keinginan-keinginan kita seperti
keinginan Indonesia merdeka 100% yang sampai saat ini belum terwujud.
A.R Makoginta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar